Selasa, 31 Desember 2013

Neoliberalisme Mulai Kehilangan Legitimasi

Draft Pokok-pokok Situasi Internasional

Ekonomi Dunia

1. Semua data, yang menunjukkan ekses-ekses pelaksanaan kebijakan neoliberalisme di seluruh dunia, dengan jelas menunjukkan semakin parahnya ketimpangan dan degradasi di segala aspek kehidupan manusia. Sudah banyak bukti yang menjelaskan, bahkan dibenarkan oleh PBB, bahwa negeri-negeri yang tidak patuh terhadap kebijakan neoliberal adalah justru negeri-negeri yang berhasil maju secara ekonomi. Bahkan Amerika Serikat dan Inggris, negeri pencetus neoliberalisme, tidak melaksanakan paket kebijakan tersebut.

SITUASI NASIONAL

Kita Masih Terjajah, SBY-JK Masih Konsisten Sebagai Mandor.

Maret 2006-tidak sampai 24 jam sebelum Menlu AS, Condoleezza Rice, mendarat di Jakarta, ExxonMobil - diumumkan sebagai kepala operator eksplorasi Cepu. Korporasi yang dikabarkan ‘membantu’ pendanaan kampanye George W. Bush sebesar 2,8 juta dollar AS untuk terpilih sebagai presiden pada tahun 2004, telah disahkan oleh rejim SBY-JK sebagai pemilik kekayaan minyak bumi Rakyat Indonesia sebesar 2,6 miliar barel (atau mendekati separuh cadangan minyak Indonesia seluruhnya) . Bulan September 2006, giliran salah satu komprador terbesar bagi kaum imperialisme yang sekaligus menjabat sebagai RI 2, Jusuf Kalla, yang ‘melawat’ ke AS untuk menemui tuannya- Penguasa AS dan Vice President ExxonMobil.

ANALISIS KEBIJAKAN KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG DI KOTA MALANG



• Dalam UU No. 2 / th 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dinyatakan bahwa Pemerintah bersama dengan DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap, namun demikian subsidi minyak tanah dikecualikan. Dengan kata lain meskipun telah menerapkan harga pasar untuk bensin dan solar, pemerintah masih mensubsidi minyak tanah untuk keperluan masyarakat berpendapatan rendah dan industri kecil.

Sikap Politik Pers

MEDIA dalam hubungannya dengan kekuasaan merupakan arena pergulatan antar ideologi yang saling berkompetisi (the battle ground for competing ideologies). Media dijadikan sebagai ruang dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Kelompok dominan berusaha menampilkan definisi serta konstruksi realitas sosial menurut versi mereka sendiri. Dalam arena itu, berbagai dimensi esensial atau isu persoalan sehari-hari didefinisikan menurut kepentingannya dan berusaha menjadikan versinya sebagai yang paling absah.

Sosok jurnalis menjadi sorotan, dimana ia menjadi mesin produksi yang kreatif dalam mengkonstruksi berita. Pekerjaan wartawan pada hakikatnya adalah seperti yang diistilahkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann sebagai konstruksi realitas. Sehingga isi media sekedar hasil para pekerja media dalam mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Karena hanya menceritakan berbagai kejadian atau peristiwa, maka berita pada dasarnya merupakan realitas yang telah dikonstruksikan (Agus Sudibyo: 2001)