Selasa, 31 Desember 2013

Neoliberalisme Mulai Kehilangan Legitimasi

Draft Pokok-pokok Situasi Internasional

Ekonomi Dunia

1. Semua data, yang menunjukkan ekses-ekses pelaksanaan kebijakan neoliberalisme di seluruh dunia, dengan jelas menunjukkan semakin parahnya ketimpangan dan degradasi di segala aspek kehidupan manusia. Sudah banyak bukti yang menjelaskan, bahkan dibenarkan oleh PBB, bahwa negeri-negeri yang tidak patuh terhadap kebijakan neoliberal adalah justru negeri-negeri yang berhasil maju secara ekonomi. Bahkan Amerika Serikat dan Inggris, negeri pencetus neoliberalisme, tidak melaksanakan paket kebijakan tersebut.

2. Walaupun para ekonom anti-kapitalisme di dunia saat ini belum sampai pada kesimpulan bahwa ekonomi kapitalisme-neoliberal akan segera bergerak menuju kiamat, namun ‘para penjaga’ ekonominya—lembaga-lembaganya, para ekonom dan akademisinya—masih sangat was-was mengenai kondisi pasar ekonomi dan keuangan yang bisa saja lebih memburuk berdasarkan pengalaman siklus ‘krisis’ terakhir (sejak krisis Mexico 1994 hingga gelembung ‘ekonomi baru’ AS 2001). Membumbungnya defisit keuangan (CADs) AS, seiring dengan surplus keuangan (CASs) di kawasan Asia Timur (khususnya China, Jepang, Taiwan dan Korea Selatan), menjadi perhatian utama ‘para penjaga ekonomi’ itu. Hal itu tercermin dari keresahan-kerasahan berikut:
- Peringatan IMF terhadap para investor yang dianggapnya ‘mengabaikan kenyataan bahwa perekonomian global sedang menghadapi risiko besar’. Risiko itu termasuk perlambatan perekonomian AS; turunnya harga perumahan; kenaikan harga minyak; dan kenaikan tingkat suku bunga untuk menghambat tekanan inflasi.
- Data penjualan rumah AS menunjukkan terjadinya penurunan sebesar 4,1 persen pada Juli 2006, yang merupakan titik terendah sejak Januari 2004 (angka penjualan rumah yang terkecil dalam 13 tahun terakhir). "Dengan pasar perumahan di AS yang turun lebih cepat dibandingkan perkiraan, ada risiko lebih besar: perlambatan perekonomian AS, yang dapat juga menurunkan ekspansi global.”
- Di tahun 2005, ketika pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 4,8%, konfigurasi ekonominya justru menunjukkan keanehan. Sejak era 1980-an, tak pernah terjadi tingkat defisit (CADs) yang lebih tinggi; harga minyak juga lebih tinggi; nilai tabungan personal di AS lebih rendah; dan suku bunga riil jangka panjang yang lebih rendah di Eropa, Jepang dan AS.
3. Namun, sesungguhnya, ketidakseimbangan yang sangat besar (konfigurasi ekonomi yang aneh) tersebut masih dapat ditoleransi—jika tingkat keuntungan masih cukup tinggi untuk meyakinkan para perusahaan raksasa (yang mendominasi ekonomi dunia) agar berinvestasi dalam produksi yang memiliki permintaan yang cukup agar output-nya terserap ke dalam sistem secara keseluruhan.
4. Kapitalisme memang tambah menyengsarakan rakyat, dan siklus resesi-resesi kecilnya bertambah sering, tapi sentralisasi tenaga produktifnya juga makin mengerucut ke beberapa kapitalis serta produktivitasnya masih meningkat, sehingga belum menyebabkan kebangkrutan atau kehancuran produksi. Ketidakmampuan daya beli terhadap barang-barang pokok; pengangguran ekstrem; dan proyek imperialisme yang gagal di hampir semua negeri yang dihisapnya—biasanya karena perlawanan atau karena siklus krisis di negeri imperialis—belum menyebabkan kehancuran produksi. Krisis kapitalisme di negeri-negeri imperialis utama BELUM menyebabkan krisis global yang disebabkan oleh kehancuran produksi karena ketidakmampuan daya beli (baca: over produksi) yang ekstrim. Perlawanan yang berhasil (baca: kemandirian) negeri-negeri yang dihisapnya akan mempercepat krisis tersebut. Kapitalisme hanya sedang akan menurun (selain oleh sebab-sebab di atas, juga karena krisis pasar keuangan masih dapat ditoleransi dengan mendukung pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter).
5. Dalam hal pemasaran, pasar-pasar penjualan hasil produksi yang paling penting masih ditemukan di negeri-negeri kapitalis maju di Eropa bagian barat, Amerika Utara, Jepang dan Australia—tempat-tempat di mana bagian terbesar nilai tambah berakumulasi. Oleh karena itu, negeri-negeri dunia ketiga lebih berharga sebagai sumber bahan baku dan tenaga kerja murah (untuk produksi-rendah-skill) dibandingkan sasaran konsumsi—oleh karena itu peningkatan daya beli (peningkatan pendapatan) negeri-negeri dunia ketiga tidak terlalu menjadi perhatian. Atau kalaupun menjadi sasaran konsumsi, maka difokuskan pada barang-barang mewah yang hanya dapat dikonsumsi oleh lapisan sosial tertentu (keuntungan lebih terjamin).
6. Hal tersebut seperti yang dikatakan Michael Husson, Ekonom Perancis: “Di dalam tiap-tiap negeri, pengeluaran untuk konsumsi oleh para penerima upah dan gaji yang tetap, semakin terbatas, sehingga pendapatan keuangan dari lapisan sosial lainnya (yang lebih sedikit) harus menggantikannya sebagai sebuah jalan keluar: oleh karena itu, kapitalisme kontemporer ditandai oleh peningkatan ketimpangan (ketidakmerataan), dan penderitaan akibat kehilangan legitimasi. Di level ekonomi dunia, imperialisme kontemporer menghendaki produksi dilakukan di negeri-negeri berupah rendah dan menjualnya ke tempat lain.”
7. Menurut seorang pakar Geografi Marxist, David Harvey , Neoliberalisme kontemporer, selain menyengsarakan mayoritas rakyat, juga, menciptakan dan menguntungkan segelintir lapisan elit baru.
8. Pembiayaan dengan mengakumulasi hutang (debt funded) menjadi komponen pembiayaan pokok di negeri induk kapitalis (AS) .
9. Baru-baru ini IMF menyebutkan bahwa pajak minyak yang rendah di AS, harga minyak yang murah di China (sebagai pemakai minyak terbesar), dan tingginya harga subsidi di negeri pengekspor minyak serta negeri-negeri berkembang, telah mengganggu konservasi dan berpotensi menganggu lingkungan . Pernyataan tersebut merupakan alasan dibuat-buat yang bertujuan untuk mengait-ngaitkan antara perlindungan negara terhadap kebijakan perminyakan, dengan kerusakan lingkungan yang sedang menjadi isu hangat di dunia, untuk menyembunyikan penyebab degradasi lingkungan yang sesungguhnya—yang bersumber pada penguasaan teknologi produksi oleh para kapitalis yang digunakan untuk produksi sosial yang tidak berlandaskan kebutuhan dan kontrol sosial.

Politik Dunia

10. Imperialisme AS menjadi musuh pokok rakyat di dunia. Sebab-sebab utamanya berakumulasi sejak berakhirnya perang dunia kedua dan perang dingin (yang menjadikan AS sebagai pemenang tunggal dan poros unipolar kekuasaan imperialisme). Sejak jatuhnya rejim-rejim Komunis, Washington telah memperluas pengaruhnya ke bekas-bekas negeri Komunis, dari Baltik ke Eropa Timur hingga Balkan dan terus menuju Asia Tengah, Selatan dan Tenggara melalui perang, invasi dan berbagai operasi rahasia. ‘Kerajaan’ AS meliputi hampir 50% dari 500 MNC (Multi-National Cooperation) dan Bank-bank tebesar dunia, 120 basis militer di seluruh dunia dan ratusan misi-misi militernya .
11. Saat ini, kekuasaan tersebut memanen perlawanan massif tanpa henti diberbagai wilayah dunia. Dipicu oleh perang teror (baca: perebutan penguasaan energi khususnya minyak) di Afganistan dan Irak, serta pembelaan terbuka dan keji pada Israel dalam perang genosida’nya terhadap Palestina, hinga dominasi ekonominya terhadap sumber-sumber energi dunia disebagian besar negeri-negeri penghasil energi .
12. Melalui 133 intervensi militer selama 111 tahun (1890-2001) dari ‘pembunuhan brutal’ terhadap populasi pribumi di Wounded Knee Dakota hingga ekspedisi ‘penghukuman di Afghanistan’. Enam diantara intervensi tersebut adalah Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Vietnam, Teluk dan Yugoslavia . Rata-rata per tahun meningkat dari 1,15 sebelum, dan 1,29 sesudah, Perang Dunia II. Dan setelah Perang Dingin, di penghunjung 1989, meningkat tajam menjadi 2, sesuai dengan hipotesis bahwa ‘perang pun meningkat ketika imperium berkembang, dengan lebih banyak hak istimewa yang dilindungi; lebih banyak keresahan yang diredamkan; dan revolusi yang ditumpas.’
13. Pemberian suara yang lebih besar terhadap negeri dunia ketiga, sebagai salah satu hasil pertemuan IMF-Bank Dunia di Singapore September 2006, mencerminkan dua hal: (i) IMF-WB terpaksa memberikan sogokan mekanisme ‘yang demokratis’ bagi negeri-negeri dunia ketiga karena resep-resepnya—termasuk resep MDG’s yang paling mutakhir—terbukti gagal menyejahterakan, (ii) NGO-NGO besar dunia, yang mengklaim sebagai kekuatan anti globalisasi, dalam level tertentu berhasil mengkanalisasi perlawanan rakyat terhadap IMF dan WB hanya kearah tuntuntan mekanisme yang demokratis.
14. Konferensi Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) yang ketiga di Oslo, Norwegia, akhir Oktober 2006, yang dihadiri oleh Paul Wolfowitz, direktur Bank Dunia, menuntut peningkatan transparansi dan pemberantasan korupsi kepada para pemerintah di negeri-negeri dunia ketiga, khususnya dalam industri ekstraktif (pertambangan dan energi). Paul juga meminta transparansi para pebisnis raksasa dan kontribusi mereka terhadap kesejahteraan rakyat setempat. Secara langsung maupun tidak langsung, hal ini mencerminkan tiga hal pokok: (i) respon terhadap ancaman rakyat dunia ketiga khususnya menyangkut isu nasionalisasi, (ii) semakin meningkatnya ketimpangan antara hasil keuntungan para kapitalis yang dibawa pulang dengan tingkat kesejahteraan rakyat (minimal) di wilayah-wilayah tempat eksploitasi sumber bahan baku tersebut, (iii) pemberantasan korupsi merupakan agenda yang juga menguntungkan para kapitalis raksasa, karena korupsi itu sendiri merupakan parasit di dalam kapitalisme yang turut menggerogoti keuntungan para kapitalis (ingat kontribusi IMF terhadap penjatuhan Soeharto yang sudah lama disinyalir melakukan korupsi).
15. Poros harapan di Amerika Latin semakin menggurita dan terbukti memberikan efek domino ke berbagai negeri. Dipimpin oleh Venezuela-Kuba dan Bolivia, meluaskan kesadaran anti imperialisme AS di seluruh dunia. Bukti-bukti baru dapat dilihat dari:
- Pertemuan untuk menentukan wakil Amerika Latin di DK PBB terus alot (bahkan deadlock dan ditunda) antara Venezuela (anti-AS) dan Guatemala (kaki tangan AS). Sekaligus mulai menunjukkan polarisasi diantara pemerintah-pemerintah dunia dalam sikapnya terhadap AS.
- Popularitas Chavez melonjak di Timur Tengah.
- Kemenangan Daniel Ortega kembali di Nicaragua serta Lula da Silva di Brazil—terlepas dari oportunisme dan pengkhianatan masing-masing tokoh terhadap agenda anti-neoliberalisme (hal ini menunjukkan masih lemahnya konsolidasi alternatif dan dalamnya ilusi rakyat terhadap tokoh-tokoh kiri tengah tersebut), krisis hasil electoral di ‘Mexico’ dan masifnya dukungan terhadap Lopez Obrador, kemenangan Rafael Correa di Ekuador, dan bertahannya Hugo Chavez sebagai Presiden Venezuela hingga lima tahun kedepan.
16. Menyangkut kebangkitan neokonservatisme sebagai sebuah fenomena global, David Harvey melihatnya sebagai sebuah respon klas penguasa terhadap instabilitas sosial akibat neoliberalisme, untuk mengembalikan keharmonisan sosial melalui moralisme religius, tindakan-tindakan otoritarian dan menyebarluaskan ketakutan: “fenomena ini serupa terjadi di banyak tempat di seluruh dunia. Di Perancis anda dapat temukan sosok Nicolas Sarkozy (menteri dalam negeri dan kemungkinan besar calon Presiden), yang dekat dengan filosofi neokonservatif. Atau yang dilakukan oleh Toni Blair di Inggris yang gaya kepemimpinannya menggunakan berbagai ancaman moral.”
17. Kekalahan Partai Republik AS, November 2006 lalu, dalam pemilihan umum sela (pemilihan anggota kongres) serta pemecatan Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld menunjukkan dukungan rakyat terhadap kampanye anti perang (penarikan pasukan dari Irak serta kenyataan bahwa Bush berbohong persoalan Irak). Namun, sayangnya, sebuah UU anti teror yang paling barbar, The Military Commission Act (MCA), berhasil diloloskan oleh Senat AS dan ditandatangi oleh Bush 10 Oktober lalu. UU ini memberikan hak pada pemerintah dan aparat AS untuk menganggap, menuduh, menangkap, hingga menghukum siapapun diseluruh dunia sebagai teroris. Melalui kewenangan terhadap Presiden untuk membentuk komisi/peradilan militer baru, di luar pengadilan biasa bagi warga AS; memberikan hak kekebalan hukum bagi pejabat AS atas berbagai penyiksaan, pembunuhan para tahanan yang ditangkap militer/CIA sebelum 30 Desember 2005; pemerintah Bush sudah memberangus habeas corpus (hak dasar seseorang untuk diperiksa secara adil dan terbuka di muka hakim) sekaligus melanggar kaidah hukum internasional tentang peradilan.
18. Toni Blair pun mulai kehilangan pamor di negerinya, paling tidak di antara serikat buruh yang menjadi basis pendukungnya. Hal ini tercermin dari tuntutan pergantian Blair oleh para aktivis serikat buruh, untuk mengembalikan tugas ’sejati’ partai buruh yang dianggap sudah diselewengkan oleh Blair . Protes umumnya berkisar pada dua persoalan pokok: (i) kebijakan pasar bebas, (ii) sikap terhadap Timur Tengah. Mayoritas serikat buruh juga menentang upaya Blair menswastakan layanan publik, seperti layanan kesehatan dan pendidikan.

Perlawanan Rakyat dan Spektrum Politik

19. Isu utama perlawanan rakyat di dunia (yang berpotensi menyatukan dan paling luas mimbarnya) masih berkisar pada anti perang dan solidaritas terhadap Irak-Palestina. Kejahatan ekonomi dan politik AS semakin telanjang dari serangkaian agresi di Irak, Afganishtan dan Lebanon terkini. Tak kurang 655.000 rakyat Irak menjadi korban, sejak invasi AS dan sekutu pada bulan Maret 2003; 3000 pasukan sekutu yang mati sia-sia (2754 tentara AS dan 232 tentara sekutu lainnya) dari 140.000 tentara AS yang dikirim ke Irak hingga akhir September lalu . ”Pembangunan infrastruktur” yang menjadi janji okupasi terbukti tak terjadi: listrik (hanya 4-6jam saja perhari) dan air bersih merupakan barang mewah bagi rakyat Irak saat ini (dibandingkan era Saddam);
20. Peningkatan perlawanan terhadap AS di Timur Tengah terwujud ke dalam beberapa bentuk berikut ini:
- Kemenangan Hamas dan Hizbullah (walaupun pada akhirnya HAMAS dipaksa kompromi dengan menyerahkan posisi perdana menteri ke tangan sayap moderat Fatah). Serta baru saja demonstrasi besar-besaran yang digagas oleh Hizbullah untuk menatuhkan Siniora, Perdana Menteri Lebanon yang pro AS—bersamaan dengan itu Israel juga menyerahkan sebagian wilayah Libanon yang masih dikuasainya kembali ke Pemerintahan Siniora dengan tujuan untuk memperkuat Siniora yang sedang dalam ancaman Hizbullah.

Tidak ada komentar: